Pisang ijo atau Es pisang ijo,
adalah sejenis makanan khas di Sulawesi
Selatan, utamanya di kota Makassar yang terbuat dari bahan utama berupa pisang ijo.
Pisang ijo berupa pisang yang dibalut dengan adonan tepung yang berwarna hijau dan cara
memasaknya dengan mengkukus di sebuah dandang. Tepung berwarna dibuat dari
tepung, air, pewarna hijau atau air daun suji dan air daun pandan
Selasa, 27 Maret 2012
Sop konro
Sup Konro adalah masakan sup iga sapi khas Indonesia
yang berasal dari tradisi Bugis dan Makassar.
Sup ini biasanya dibuat dengan bahan iga sapi atau daging sapi.
Masakan berkuah
warna coklat kehitaman ini biasa dimakan dengan ketupat kecil
yang dipotong-potong terlebih dahulu. Warna gelap ini berasal dari buah kluwek yang memang
berwarna hitam. Bumbunya relatif "kuat" akibat digunakannya ketumbar.
Konro aslinya dimasak berkuah dalam bentuk sup yang kaya rempah, akan tetapi
kini terdapat variasi kering yang disebut "Konro bakar" yaitu iga
sapi bakar dengan bumbu khas konro.
Coto Makassar
Coto Makassar atau Coto
Mangkasara adalah makanan tradisional Makassar, Sulawesi
Selatan. Makanan ini terbuat dari jeroan (isi perut) sapi yang direbus dalam
waktu yang lama. Rebusan jeroan bercampur daging sapi ini kemudian diiris-iris
lalu dibumbui dengan bumbu yang diracik secara khusus. Coto dihidangkan dalam
mangkuk dan dimakan dengan ketupat dan "burasa". Saat ini Coto Mangkasara
sudah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, mulai di warung pinggir jalan
hingga restoran. Coto Makassar pun dianggap hambar bila tak diiringi dengan
ketupat atau burasa. Keenakan menikmati coto makassar tak terlepas pula dari
tradisi peramuaanya yang secara khusus diolah dalam kuali tanah yang disebut:korong butta atau uring butta dan denganrampah patang pulo (40 macam
rempah) yang terdiri dari kacang, kemiri, cengkeh, pala, foeli, sere yang
ditumbuk halus, lengkuas, merica, bawang merah, bawang putih, jintan, ketumbar
merah, ketumbar putih, jahe, laos, daun jeruk purut, daun salam, daun kunyit,
daun bawang, daun seldri, daun prei, lombok merah, lombok hijau, gula talla,
asam, kayu manis, garam, papaya muda untuk melembutkan daging, dan kapur untuk
membersihkan jeroan.
Pusat Kerajinan Perahu Pinisi
Pusat
Kerajinan Perahu Pinisi terletak di Kelurahan Tana Beru, Kecamatan Bontobahari,
Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. wisatawan bisa menyaksikan cara
pengrajin membuat perahu berbagai ukuran, ukuran sedang 10 ton hingga yang
berbobot besar, termasuk belasan perahu pesanan dari luar negeri
Ketika
berada di Pusat Kerajinan Perahu Pinisi di Tana Beru, para pengunjung akan
berdecak kagum melihat kepiawaian para pengrajinnya membuat Perahu Pinisi.
Mereka mampu membuat perahu yang sangat kokoh dan megah hanya berdasarkan pada
pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dari nenek moyang mereka, tanpa
menggunakan gambar atau kepustakaan tertulis. Sejarah membuktikan bahwa Perahu
Pinisi Nusantara telah berhasil berlayar ke Vancouver Kanada, Amerika Serikat,
pada tahun 1986. Oleh karena kepiawaian para pengrajin tersebut, Kabupaten
Bulukumba dijuluki sebagai Butta Panrita Lopi, yaitu bumi atau tanah para ahli
pembuat Perahu Pinisi.
Pembuatan
Perahu Pinisi cukup unik, karena proses pembuatannya memadukan
keterampilan teknis dengan kekuatan magis. Tahap pertama dimulai dengan
penentuan hari baik untuk mencari kayu (bahan baku). Hari baik
untuk mencari kayu biasanya jatuh pada hari ke-5 dan ke-7 pada bulan yang
sedang berjalan. Angka 5 menyimbolkan naparilimai dalle‘na, yang berarti rezeki
sudah di tangan, sedangkan angka 7 menyimbolkan natujuangngi dalle‘na, yang
berarti selalu mendapat rezeki. Tahap selanjutnya adalah menebang, mengeringkan
dan memotong kayu. Kemudian kayu atau bahan baku tersebut dirakit menjadi
sebuah perahu dengan memasang lunas, papan, mendempulnya, dan memasang
tiang layar. Tahap terakhir adalah peluncuran perahu ke laut.
Tiap-tiap
tahap tersebut selalu diadakan upacara-upacara adat tertentu. Sebelum
perahu Pinisi diluncurkan ke laut, terlebih dahulu dilaksanakan upacara
maccera lopi (mensucikan perahu) yang ditandai dengan pemyembelihan binatang.
Jika Perahu Pinisi itu berbobot kurang dari 100 ton, maka binatang yang
disembelih adalah seekor kambing, dan jika bobotnya lebih dari 100 ton, maka
binatang yang disembelih adalah seekor sapi.
Pada
saat peletakan lunas, juga harus disertai prosesi khusus. Saat dilakukan
pemotongan, lunas diletakkan menghadap Timur Laut. Balok lunas bagian depan
merupakan simbol lelaki. Sedang balok lunas bagian belakang diartikan sebagai
simbol wanita. Usai dimantrai, bagian yang akan dipotong ditandai dengan pahat.
Pemotongan yang dilakukan dengan gergaji harus dilakukan sekaligus tanpa boleh
berhenti. Itu sebabnya untuk melakukan pemotongan harus dikerjakan oleh orang
yang bertenaga kuat. Demikian selanjutnya setiap tahapan selalu melalui ritual
tertentu.
Kota Kalong di WatanSoppeng
Kota Watan Soppeng merupakan ibu kota Kabupaten Soppeng,
Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.Kota Watan Soppeng memiliki keunikan yang
sangat mengagumkan, sehingga ia dijuluki sebagai “Kota Kalong” atau “Kota
Pekalongan” (bukan nama kota yang ada di Pulau Jawa). Pengunjung jangan
terkejut ketika memasuki jantung Kota Watan Soppeng, karena akan mencium bau
khas yang sangat menyengat hidung. Bau khas itu tidak lain adalah bau
kalong atau kelelawar. Bau kalong tersebut akan semakin menyengat jika
pengunjung berada tepat di bawah pohon tempat para kalong tersebut
bergelantungan.
Menjelang malam, kalong-kalong tersebut terbang
meninggalkan pepohonan untuk mencari makan. Saat kalong-kalong yang
jumlahnya ribuan tersebut terbang, langit seakan tertutup oleh bayangan
hitam. Kawanan kalong tersebut akan kembali ke pepohonan pada subuh hari dengan
suara gemuruh seakan membangunkan warga Kota Soppeng untuk segera
melaksanakan shalat subuh dan melakukan aktivitas sehari-hari
Langganan:
Postingan (Atom)